Ketua Dewan Kehormatan Asbisindo,
Ahmad Riawan Amin mengutip pernyataan Psikolog terkenal Abraham Maslow
bahwa setiap manusia berada pada tangga hirarki kebutuhan yang
berbeda-beda. Dimulai dari survival sampai yang tertinggi yaitu
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkYds6U0vBEGmPZuc_RuDiYdBfVif_Dlez7Hv_8exmxu4WLe2CNsfFaHr7wVaKsdvoHKNX00aeRhK4t8kMNtLmFaXjdwURXKotxnSkFj3wQpiVo8fqGElyqiWn6zaoBdg3YZ1kvpHdJqpi/s1600/lomba,+qurban+dll+058.JPG)
Pada ahir hayatnya, kata dia, Maslow bicara tentang tingkatan yang
lebih tinggi yaitu self transcendence terkait dengan realisasi
spiritualitas dan religiusitas dalam diri seseorang. “Karenanya, sangat
wajar hasil survei tentang kelas menengah Muslim bahwa semakin kaya
seorang Muslim akan semakin religius Muslim tersebut,” ujarnya kepada
ROL, di Jakarta, Senin (27/10).
Untuk
merebut potensi itu, bank syariah disebutnya mendapat tantangan
meyakinkan kelas menengah Muslim ini bahwa kesalehan sosial atau
muamalat tidak kalah penting atau bahkan lebih penting daripada
kesalehan ritual.
“Sekaligus menampilkan citra bankir syariah
yang memang juga saleh dan pantas mewakili keuangan Ilahiyah. Serta
proses perbankan yang menyejukkan,” katanya.
Tanpa pendekatan yang menyeluruh (kaffah), kata Riawan, sulit untuk
meyakinkan kelas menengah Muslim ini mengenai pentingnya aspek muamalat
dalam agama. Lebih sulit lagi meyakinkan bahwa bank syariah dan
Bankirnya benar-benar syariah.